Kultur Artemia sebagai Pakan Alami Pemeliharaan Larva Ikan Tembakang
Artemia adalah Crustacea tingkat rendah dari bangsa udang-udangan yang hidup di air laut. Artemia sering dijadikan pakan ikan terutama pada tahap larva. Hal ini disebabkan bukaan mulut ikan pada tahap larva sesuai dengan ukuran tubuh Artemia. Artemia digunakan karena memiliki kadar protein yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan ikan. Artemia mengandung nutrisi yang tinggi layaknya protein sebesar 40- 50%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%, abu 3-4%, serta 5.000–5.500 kalori per gram berat kering.
Budidaya Artemia dilakukan dengan cara menetaskan kista. Telur artemia juga terkenal dengan nama Kista atau Siste. Telur ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kelabu kecokelatan dengan diameter berkisar 200-350 mikron. Di pasaran, udang renik terbagi atas dua bentuk, yakni kista dan Nauplii. Satu gram kista kering umumnya terdiri dari 200.000 sampai dengan 300.000 butir telur. Nauplii sendiri merupakan larva yang baru menetas dari dalam kista. Mereka memiliki warna oranye, berbentuk bulat lonjong sepanjang 400 mikron, lebar 170 mikron, dan berat 0,002 mg. Larva tersebut mempunyai sepasang antenula dan sepasang antena di bagian tubuhnya. Biasanya, antenula larva berukuran lebih kecil dan juga lebih pendek daripada antenanya. Selain itu, terdapat bintik mata (Ocellus) di antara antenula mereka. Di belakang antena terdapat mandibula, lalu di bagian ventralnya tersedia organ mulut (Labrum). Kista Artemia diproduksi secara industri dengan merek meret tertentu. Kista berupa butiran halus seperti pasir, berwarna kecoklatan.
Metode penetasan Artemia dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan persiapan alat dan bahan. Alat yang diperlukan diantaranya galon air mineral sebanyak 2 buah, aerator, serokan micron, selang sifon, senter, dan baskom. Bahan berupa kista Artemia, air dan garam.
Persiapan alat dilakukan dengan memotong galon dibagian bawah. Kemudian, galon dibalik sehingga bagian yang mengerucut berada di bagian bawah. Galon diisi sebanyak 10 Liter air dan diberi garam ikan sehingga mencapai salinitas 20-34 ppm. Galon diberi aerasi selama sekitar 2 jam. Kemudian tuangkan kista Artemia sesuai yang dibutuhkan. Proses penetasan kista menjadi Naupli membutuhkan waktu selama 18-24 jam dengan aerator secara konstan. Pemanenan Artemia yang telah menjadi Naupli dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama matikan aerator. Kedua, lingkungan dikondisikan dalam kedaan gelap dan diberikan penerangan di bagian bawah dengan menggunakan senter. Selama proses tersebut, cangkang perlahan-lahan naik ke permukaan sedangkan Naupli perlahan-lahan turun ke bawah mendekati cahaya. Proses ini memudahkan proses pemanenan yang dilakukan dengan cara sipon. Cara sipon adalah menyedot bagian bawah sehingga konsentrasi Naupli Artemia yang terkumpul di sudut yang sempit pada bagian bawah galon dapat tersedot secara maksimal. Naupli dipindahkan ke wadah/baskom dan di saring. Setelah ini, Naupli siap diberikan sebagai pakan ke larva ikan.
Sahabat TEMALI bisa melihat proses reproduksi ikan tembakang dari tahapan seleksi indukan hingga pemeliharaan larva di vide berikut: